Setelah penaklukan oleh Alexander Agung dan penurunan kekuasaan Persia, Zoroastrianisme mengalami penurunan. Meskipun demikian, agama ini terus bertahan di Iran dan komunitas Parsi yang bermigrasi ke India.
1. Ajaran Utama
- Ahura Mazda: Zoroastrianisme mengajarkan bahwa Ahura Mazda adalah Tuhan yang Maha Esa, pencipta alam semesta, dan sumber segala kebaikan.
- Dualisme: Konsep dualisme dalam Zoroastrianisme menekankan pertarungan antara Ahura Mazda (kebaikan) dan Angra Mainyu (kejahatan). Pertarungan ini mencerminkan konflik abadi antara kebenaran dan kebohongan, kehidupan dan kematian.
- Moralitas: Ajaran Zoroastrianisme mengedepankan tiga prinsip utama: "Pikir yang baik, Ucapkan yang baik, Lakukan yang baik". Moralitas individu dianggap penting dalam mencapai kehidupan yang harmonis dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
2. Kitab Suci
- Avesta: Kitab suci Zoroastrianisme, yang berisi teks-teks liturgis, doa, dan ajaran Zoroaster. Avesta terdiri dari beberapa bagian, termasuk Gathas (nyanyian pujian yang ditulis oleh Zoroaster sendiri) dan Yasna (ritus keagamaan).
3. Aliran dan Sekte
Zoroastrianisme memiliki beberapa aliran dan sekte yang muncul sepanjang sejarahnya, mencerminkan interpretasi dan praktik yang beragam di antara pengikutnya. Berikut adalah beberapa aliran dan sekte dalam Zoroastrianisme:
a. Zoroastrianisme Klasik
- Aliran Tradisional: Ini merujuk pada praktik dan ajaran yang mengikuti teks-teks suci Zoroastrian, terutama Avesta. Penganutnya biasanya menekankan ritual yang ketat dan tradisi yang telah ada sejak lama.
b. Parsi
- Komunitas Parsi: Penganut Zoroastrianisme yang berasal dari imigran yang melarikan diri dari Persia ke India untuk menghindari penindasan. Mereka mempertahankan banyak praktik tradisional Zoroastrian, namun juga mengadaptasi beberapa elemen budaya India. Parsi memiliki struktur sosial yang lebih terorganisir dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan.
c. Zoroastrianisme Iran
- Zoroastrian Iran: Komunitas Zoroastrian yang tinggal di Iran. Mereka tetap setia pada praktik dan ajaran tradisional Zoroastrianisme meskipun menghadapi berbagai tantangan sosial dan politik. Penganut Zoroastrian di Iran biasanya terlibat dalam kegiatan keagamaan yang lebih terfokus pada kebudayaan dan komunitas.
d. Neo-Zoroastrianisme
- Zoroastrianisme Modern: Ini adalah gerakan yang muncul di era modern yang berusaha untuk menghidupkan kembali minat terhadap Zoroastrianisme dengan mengintegrasikan ajaran Zoroastrian ke dalam konteks modern. Pendekatan ini mencakup penekanan pada ekologi, hak asasi manusia, dan moralitas sosial.
e. Aliran Kultural dan Filosofis
- Zarathushtra's Followers: Beberapa kelompok menekankan pemikiran filosofis dan etika yang terkandung dalam ajaran Zoroaster. Ini sering kali berfokus pada ajaran moral, spiritualitas, dan filosofi kehidupan yang lebih luas, menjadikannya relevan dalam konteks modern.
4. Ritual dan Praktik
- Ritual Api: Api dianggap sebagai simbol kesucian dan kehadiran Tuhan dalam Zoroastrianisme. Kuil api (Atash Behram) adalah tempat ibadah di mana api abadi dijaga.
- Perayaan: Beberapa perayaan penting dalam Zoroastrianisme termasuk:
- Nawruz: Tahun Baru Zoroastrian yang dirayakan pada saat equinox musim semi, menandai awal tahun baru dan kebangkitan kehidupan.
- Gahambars: Lima festival panen yang dirayakan untuk menghormati penciptaan.
5. Zoroastrianisme di Era Modern
- Komunitas Parsi: Setelah penaklukan oleh Muslim, banyak penganut Zoroastrianisme bermigrasi ke India, di mana mereka dikenal sebagai Parsi. Komunitas Parsi tetap mempertahankan tradisi dan budaya Zoroastrianisme.
- Tantangan Kontemporer: Zoroastrianisme menghadapi tantangan dalam mempertahankan jumlah penganutnya, terutama di Iran dan India, di mana banyak generasi muda terpengaruh oleh modernisasi dan perubahan sosial.
6. Pengaruh Terhadap Agama Lain
- Pengaruh Terhadap Agama Abrahamik: Beberapa konsep dalam Zoroastrianisme, seperti ide tentang malaikat, iblis, dan kehidupan setelah kematian, diyakini telah mempengaruhi agama-agama lain, termasuk Yudaisme, Kristen, dan Islam.
- Pemikiran Filosofis: Zoroastrianisme juga telah memberikan kontribusi pada pemikiran filosofis dan teologis, memengaruhi perkembangan pemikiran Barat dan Timur.
7. Zoroastrianisme di Indonesia
Zoroastrianisme, meskipun merupakan agama yang berasal dari Persia, memiliki keberadaan yang terbatas di Indonesia. Meskipun jumlah penganutnya kecil, Zoroastrianisme tetap memiliki pengaruh budaya dan sejarah yang menarik dalam konteks masyarakat Indonesia.
Sebagian kecil komunitas Tionghoa di Indonesia membawa pengaruh Zoroastrianisme, terutama melalui perdagangan dan migrasi. Beberapa imigran dari Persia juga berkontribusi terhadap penyebaran ide-ide Zoroastrian.
Meskipun tidak ada catatan signifikan mengenai penyebaran Zoroastrianisme di Indonesia, nilai-nilai Zoroastrianisme mungkin telah memengaruhi komunitas tertentu, terutama dalam konteks interaksi budaya.
Di Indonesia, komunitas Zoroastrian sangat kecil, terdiri dari beberapa individu dan keluarga yang mengenali dan mengamalkan ajaran Zoroastrianisme. Mereka seringkali terintegrasi dalam komunitas yang lebih besar, seperti komunitas Tionghoa atau Parsi.
Penganut Zoroastrianisme di Indonesia mungkin merayakan beberapa festival penting, seperti Nawruz (Tahun Baru Zoroastrian), meskipun perayaan tersebut tidak sepopuler di negara asalnya.
Di beberapa kota besar, ada upaya dari penganut Zoroastrian untuk menghidupkan kembali minat terhadap ajaran Zoroastrianisme melalui kegiatan pendidikan dan kebudayaan. Namun, ini masih dalam skala yang sangat kecil.