Jainisme
Jainisme adalah agama kuno yang berasal dari India, yang didirikan oleh Mahavira (atau Vardhamana) sekitar abad ke-6 SM. Agama ini menekankan pada prinsip non-kekerasan (ahimsa), pengendalian diri, dan pencarian kebenaran sebagai jalan menuju pembebasan jiwa. Jainisme memiliki pandangan dunia yang unik, dengan penekanan pada karma dan siklus reinkarnasi.

Jainisme diyakini berasal dari ajaran-ajaran para Tirthankara, yaitu guru spiritual yang membimbing umat manusia menuju pembebasan. Mahavira adalah Tirthankara ke-24 dan sering dianggap sebagai pendiri utama Jainisme.

Jainisme berkembang pesat di India pada periode setelah Mahavira, dengan pengikut yang setia dan komunitas yang terorganisir. Agama ini mengalami pengaruh dari berbagai aliran filosofis di India, termasuk Hindu dan Buddhisme.

2. Ajaran Utama

  • Ahimsa (Non-Kekerasan): Prinsip dasar Jainisme adalah ahimsa, yang mengajarkan bahwa semua makhluk hidup memiliki hak untuk hidup. Penganut Jainisme berusaha untuk tidak menyebabkan penderitaan pada makhluk hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Karma dan Reinkarnasi: Jainisme meyakini bahwa tindakan individu (karma) memengaruhi keadaan kehidupan mereka saat ini dan di masa depan. Penganut Jainisme berusaha untuk mengurangi akumulasi karma negatif melalui praktik spiritual.
  • Pembersihan Jiwa: Tujuan akhir dari Jainisme adalah mencapai moksha, yaitu pembebasan jiwa dari siklus kelahiran dan kematian. Ini dicapai melalui disiplin spiritual, meditasi, dan pengendalian diri.

3. Kitab Suci

  • Agama Jainisme memiliki beberapa teks suci, yang paling penting antara lain:
    • Agama Agama: Kumpulan kitab yang menyimpan ajaran-ajaran Mahavira dan Tirthankara lainnya.
    • Sutras: Teks-teks yang berisi ajaran filosofis dan moral Jainisme.
    • Tattvartha Sutra: Teks yang menjelaskan prinsip-prinsip dasar Jainisme dan sistem kepercayaan.

4. Ritual dan Praktik

  • Ritual Keagamaan: Jainisme mengutamakan praktik ritual yang sederhana, termasuk puja (sembahyang) di kuil, meditasi, dan perayaan festival.
  • Puja: Dalam puja, penganut Jainisme memberikan penghormatan kepada Tirthankara dan simbol-simbol Jain lainnya.
  • Puasana: Penganut Jainisme menjalani praktik puasana, di mana mereka menghindari makanan tertentu dan berusaha untuk menjaga pola hidup yang bersih dan sederhana.

5.  Aliran dan Sekte 

Jainisme memiliki beberapa aliran dan sekte yang berkembang sepanjang sejarahnya, masing-masing dengan interpretasi dan praktik yang berbeda. Berikut adalah beberapa aliran dan sekte utama dalam Jainisme:

a. Aliran Digambara

  • Pengertian: Digambara berarti "yang mengenakan langit" atau "yang telanjang." Penganut aliran ini meyakini bahwa untuk mencapai pembebasan, seseorang harus melepaskan semua ikatan duniawi, termasuk pakaian.
  • Praktik: Penganut Digambara umumnya lebih ketat dalam praktik puasa dan disiplin spiritual. Mereka juga menganggap bahwa hanya laki-laki yang dapat mencapai moksha dalam keadaan telanjang, sementara perempuan dianggap perlu dilahirkan sebagai laki-laki untuk mencapai pembebasan.
  • Karya Suci: Kitab suci utama bagi aliran ini termasuk Shatkhandagama dan Kasayapahuda.

b. Aliran Svetambara

  • Pengertian: Svetambara berarti "yang mengenakan pakaian putih." Aliran ini mengajarkan bahwa penganutnya dapat mengenakan pakaian putih, dan bahwa perempuan juga dapat mencapai moksha.
  • Praktik: Penganut Svetambara memiliki praktik yang lebih fleksibel dibandingkan Digambara. Mereka menganggap bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai pembebasan.
  • Karya Suci: Kitab suci yang diakui oleh aliran ini termasuk Tattvartha Sutra dan Samayasara.

c. Aliran Tera Pantha

  • Pengertian: Tera Pantha adalah sub-aliran dalam Svetambara yang didirikan oleh seorang guru bernama Acharya Bhikshu pada abad ke-19. Nama "Tera Pantha" berarti "jalur ketiga," menunjukkan pendekatan mereka yang berbeda terhadap ajaran Jainisme.
  • Praktik: Tera Pantha menekankan pada kesederhanaan, disiplin moral, dan pelayanan sosial. Mereka sering terlibat dalam aktivitas kemanusiaan dan pendidikan.

d. Aliran Sthanakvasi

  • Pengertian: Sthanakvasi adalah sekte Jainisme yang menolak penggunaan patung dan gambar Tirthankara dalam praktik keagamaan. Mereka percaya bahwa penyembahan patung tidak diperlukan untuk mencapai moksha.
  • Praktik: Penganut Sthanakvasi lebih fokus pada meditasi dan studi ajaran Jainisme daripada ritual fisik. Mereka sering berkumpul di tempat-tempat yang disebut "Sthanak" untuk beribadah.

e. Aliran Terapanthi

  • Pengertian: Aliran ini didirikan oleh Acharya Tulsi pada abad ke-20 sebagai gerakan reformasi dalam Jainisme. Terapanthi berusaha untuk memperbaharui ajaran dan praktik Jainisme agar lebih relevan dengan zaman modern.
  • Praktik: Penganut Terapanthi mendorong pendidikan dan pengembangan masyarakat, serta berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan non-kekerasan.

f. Aliran lain

  • Muni dan Aryika: Dalam tradisi Jainisme, Muni adalah pengembara spiritual yang mengabdikan hidupnya untuk mencari kebenaran, sedangkan Aryika adalah wanita yang telah mengambil vows untuk hidup dalam kesederhanaan dan disiplin.
  • Sekte Kecil: Selain aliran utama, terdapat beberapa sekte kecil yang mungkin muncul berdasarkan interpretasi lokal atau praktik spesifik.

6. Jainisme di Era Modern

  • Komunitas Jain: Jainisme memiliki komunitas yang terorganisir di India dan di seluruh dunia, termasuk di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.
  • Pengaruh Sosial: Komunitas Jain sering kali terlibat dalam kegiatan sosial dan pendidikan, serta mempromosikan prinsip non-kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Kesadaran Global: Ajaran Jainisme tentang non-kekerasan dan perlindungan lingkungan semakin mendapat perhatian di era modern, sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan.

7. Pengaruh Terhadap Agama Lain

  • Interaksi dengan Hindu dan Buddhisme: Jainisme berinteraksi dengan kedua agama tersebut dalam banyak aspek filosofis dan praktis. Beberapa konsep dalam Jainisme, seperti karma dan reinkarnasi, juga terdapat dalam Hindu dan Buddhisme.
  • Pentingnya Non-Kekerasan: Prinsip non-kekerasan dalam Jainisme telah mempengaruhi banyak gerakan sosial, termasuk gerakan non-kekerasan yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi.

8. Jainisme di Indonesia

Jainisme, meskipun merupakan agama yang berasal dari India, memiliki kehadiran yang terbatas di Indonesia. Berikut adalah beberapa rincian mengenai keberadaan dan pengaruh Jainisme di Indonesia.

Jainisme masuk ke Indonesia melalui imigrasi Tionghoa dan komunitas India, terutama dari India utara. Imigran dari komunitas Jain yang tinggal di negara-negara Asia Tenggara membawa ajaran ini ke Indonesia.

Sejarah pencatatan Jainisme di Indonesia tidak terlalu mendalam. Namun, nilai-nilai Jainisme berpotensi dipengaruhi oleh interaksi dengan agama dan budaya lokal.

a. Komunitas Jain di Indonesia

Komunitas Jain di Indonesia sangat kecil dan terpusat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Sebagian besar penganut Jainisme di Indonesia berasal dari komunitas yang lebih besar, seperti komunitas India.

Meskipun komunitasnya kecil, beberapa perayaan Jainisme, seperti Paryushana (festival penting bagi penganut Jain), mungkin dirayakan oleh penganut di Indonesia.

b. Tantangan dan Pengakuan

  • Kurangnya Pengakuan Resmi: Jainisme tidak diakui sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, yang berarti penganutnya mungkin menghadapi tantangan dalam menjalankan praktik keagamaan secara terbuka.
  • Tantangan Integrasi: Penganut Jainisme sering kali terintegrasi dalam komunitas yang lebih besar, seperti Hindu atau Buddha, dan dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan identitas agama mereka di tengah dominasi agama lain.

c. Kesadaran dan Pendidikan

  • Pendidikan dan Kesadaran: Beberapa anggota komunitas Jain di Indonesia berusaha meningkatkan kesadaran tentang ajaran Jainisme melalui pendidikan dan penyebaran informasi. Ini termasuk upaya untuk menjelaskan prinsip non-kekerasan dan pentingnya pelestarian lingkungan kepada masyarakat luas.